Mengilmiahkan Tahayyul


 

Oleh : Nayla S (Aktivis Remaja) 

Sungguh ironi, di zaman modern dengan berbagai kemajuan teknologi, dalam mengendalikan hujan masih mengandalkan pawang hujan. Asumsi yang dilontarkan bahwa hal tersebut merupakan kebudayaan yang harus tetap dilestarikan. Mirisnya lagi para pejabat pun ikut melontarkan narasi untuk melestarikan pawang hujan.

Padahal aksi pawang hujan termasuk dalam salah satu bentuk kemusyrikan. Anggapan bahwa ada orang yang bisa mengendalikan hujan terkategori perbuatan syirik. Padahal yang dapat mengendalikan dan memberi tugas alam semesta ini semata hanyalah Allah Swt, Tuhan penguasa alam. Hujan merupakan salah satu kasih sayang dan rahmat dari Allah Swt. 

Akan tetapi, bahwa orang-orang yang sesat ada yang mengingkari bahwa hujan adalah pemberian Allah Swt. Orang-orang tersebut telah dibiarkan oleh Allah Swt terombang-ambing dalam kesesatan yang nyata.

Allah Swt telah berfirman, 

مَنْ يُّضْلِلِ اللّٰهُ فَلَا هَادِيَ لَهٗ ۖوَيَذَرُهُمْ فِيْ طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُوْنَ

Barangsiapa dibiarkan sesat oleh Allah, maka tidak ada yang mampu memberi petunjuk. Allah membiarkannya terombang-ambing dalam kesesatan. (QS Al -A'raf ayat:186)

Maka adalah hal aneh ketika institusi pendidikan yang merupakan gerbang ilmu pengetahuan justru malah berusaha untuk mengilmiahkan pawang hujan agar tidak terlihat khayal dan berbau kebodohan. Menjadi tidak masuk secara logika ketika mereka mengatakan bahwa pawang hujan bekerja menggunakan gelombang teta untuk berkomunisasi dengan alam semesta.

Dua hal yang bertolak belakang tentulah mustahil untuk disatukan. Tahayul tidak mungkin bisa berjalan beriringan dengan sains ilmiah. Dan ketika institusi pendidikan berusaha menjembataninya, maka yang ada hanyalah sebuah ilusi kebodohan dan pembodohan. Lalu apa yang dapat kita harapkan dari sistem pendidikan seperti itu.

Lebih konyol lagi ketika pemimpin negara yang mayoritas penduduknya muslim, bukan hanya menonton akan tetapi juga  melestarikan kebudayaan musyrik pawang hujan. Bukan hanya tidak pantas tetapi juga merendahkan nilai keberagamaan negeri ini.

Sajian kemusyrikan seperti pawang hujan akan terus meningkat, dan merupakan hal yang wajar dalam sistem kehidupan sekuler demokrasi jika masih menjadi pijakan atau sandaran.

Akan menjadi berbeda jika agama dijadikan sistem kehidupan. Segala macam kemaksiatan dilarang untuk dipertontonkan di depan publik. Kehidupan penuh keberkahan dan jauh dari kemaksiatan hanya jika syariat Islam menjadi peraturan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Wallahu ta'ala a'lam.

Post a Comment