Kerapuhan Pangan Ekonomi Kapitalistik
Oleh. Nayla Salsabila
Aktivis Remaja
Ibarat pepatah lepas dari mulut harimau masuk ke mulut buaya. Rakyat terus tertimpa masalah seperti tanpa ujung. Setelah diserang pandemi, kini masalah yang gak kalah perih datang menyambut.
Mulai dari masalah kenaikan BBM, sembako, minyak, LPG, Pertamax, Pertalite dan harga bahan baku lain yang terus beranjak naik.
Hal tersebut sangat menghawatirkan karena berpotensi terjadi krisis ekonomi seperti yang di alami oleh rakyat SriLanka. Mengutip dari dunia.tempo.co, (Jum'at 8/04/2022), SriLanka diselimuti gelombang unjuk rasa yang dipicu kekurangan bahan pangan dan bahan bakar akibat kurangnya devisa untuk melakukan import barang. Keterlibatan anggota keluarga pejabat tinggi SriLanka dalam penanganan krisis ekonomi dan utang yang melilit negara menjadi pemicu kekurangan bahan makanan, bahan bakar dan pemadaman listrik yang berkepanjangan. Bahkan dokter setempat menyatakan telah terjadi kekurangan pasokan obat-obatan yang sangat parah sehingga berpotensi meruntuhkan sistem kesehatan.
Mengapa masalah-masalah ini tak kunjung usai? Sudah pasti, karena cara pandang yang digunakan adalah sekuler kapitalisme .
Kenaikan berbagai harga kebutuhan masyarakat, terutama merupakan bagian dari efek domino penerapan kapitalisasi sektor ekonomi. Segala aspek yang dikapitalisasi selalu berujung pada kezaliman rakyat. Mau dibuat forum apapun untuk menyolusi permasalahan global, jika kapitalisme masih bernaung, tetap tidak akan menghasilkan solusi yang pas.
Dengan demikian diperlukan perubahan paradigma tata kelola perekonomian yang fundamental, yakni dengan tata kelola seluruh aspek kehidupan yang berasas pada prinsip keadilan dan keseimbangan. Sistem Islam mampu menjawab keinginan tersebut.
Islam memiliki seperangkat sistem dalam menghadapi problem pangan. Islam mengoptimalkan pertanian dengan meningkatkan produktivitas lahan yang tersedia serta menghidupkan tanah mati sebagai lahan pertanian baru.
Di samping sektor produksi, distribusi pangan dalam Islam juga adil dan merata. Keharaman melakukan penimbunan, kecurangan, monopoli, dan pematokan harga membuat stabil kondisi harga dan pasar.
Islam juga mengutamakan kebutuhan pangan dalam negeri dengan tidak gegabah melakukan eksport sebelum pasokan pangan dalam negeri terpenuhi sehingga kemandirian dan ketahanan pangan berbasis keadilan akan terjamin.
Wallahu a'lam
Post a Comment