UMAT ISLAM DI TENGAH KONFLIK RUSIA DAN UKRAINA


Penulis: Shabrina ( Aktivis Remaja) 

Menarik mencermati dinamika regional akibat invasi Rusia ke Ukraina. Secara jelas dan gamblang adanya hipokrisi sistem tatanan global. Hipokrisi atau standar ganda menunjukan adanya kepentingan barat bermain di dalamnya. 

Pada saat Rusia menyerang Ukraina, barat menangggapi  dengan kemarahan. Tetapi tidak demikian ketika umat Islam yang diserang, seperti halnya ketelibatan Rusia terhadap konflik Suriah. Selain itu standart ganda barat nampak jelas terhadap konflik Palestina yang mana umat Islam menjadi korbannya.

Pada November 2021, tersiar kabar penyerbuan Rusia ke Ukraina. Kekuatan militer Rusia telah bersiap di daerah perbatasan Ukraina. Sebuah satelit menunjukan pasukan sebanyak 100.000 tentara dan tank beserta alat militer lainnya siap untuk menyerbu Ukraina. Kabar tersebut menjadi kenyataan ketika presiden Rusia Vladimir Putin secara tiba-tiba menyampaikan operasi militer terhadap Ukraina (CNBC Indonesia, 3/3/2022)

Kepentingan Rusia untuk menyerbu Ukraina dikarenakan rezim Ukraina pada saat ini lebih dekat dengan Uni Eropa dan NATO. Tentu saja hal tersebut membuat Rusia marah, karena Ukraina adalah landasan untuk berhadapan dengan Eropa. Vladimir Putin beranggapan bahwa Rusia tidak boleh kehilangan Ukraina.

Pihak barat menyatakan invansi Rusia atas Ukraina adalah kebijakan politik yang buruk. Rusia membayar kerugian yang cukup besar dengan beberapa sanksi dari negara besar khususnya Eropa dan Amerika Serikat.

Standar ganda barat tersebut sangat menjijikkan dan merupakan cerminan kegagalan internasional untuk menangani konflik-konflik di dunia karena tidak didasarkan kepada nilai yang bersifat tetap. Nilainya hanyalah kepentingan politik, kekuasaan, dan kekuatan.

Selain di dalam konflik global selalu diwarnai oleh sikap umat Islam yang kontradiktif di antara dua pihak yang sedang berseteru. Umat muslim ada yang pro kepada Rusia dan ada pula yang pro kepada Ukraina.

Pada saat ini Rusia begitu rupa membangun narasi sedang melakukan perang melawan entitas Yahudi untuk mendapatkan dukungan dari komunitas Islam. Tetapi apa yang dilakukan Rusia di Suriah  jauh sekali dengan narasi yang dikembangkan. Realita  politik  militet Rusia yang kontradiktif, karena kepentingan yang menggerakkan ini semua.

Sehingga sangat penting bagi umat Islam meletakkan semua konflik yang ada dalam kerangka agenda umat Islam secara global. Sehingga umat tidak terjerumus dalam permainan negara besar sehingga hanya menjadi korban, atau hanya menjadi pengikut dari setiap dinamika global.

Terlebih, dalam konteks global umat Islam pada saat ini tidak memiliki power. Situasi seperti ini akan terjadi sepanjang umat Islam tidak memiliki kekuatan. Umat Islam memiliki kekuatan ketika bersatu. Umat Islam bersatu ketika ada dua unsur penting yang bisa menyatukan umat Islam. Pertama ada negara yang memang dia berdiri untuk kepentingan menyatukan umat Islam, itulah yang di dalam Islam disebut Khilafah. Kedua, Pemimpin dari negara tersebut merupakan pemimpin umat Islam secara keseluruhan.

Karenanya, penting bagi umat Islam untuk kembali kepada tuntunan atau thariqah dakwah Rasul, sampai pada satu kesadaran tentang pentingnya Ukhuwah dalam Khilafah.

Wallahu ta'ala a'lam

Post a Comment